31 Jul 2025, Kam

Menyibak Jejak Kreatif Dwi Ilalang, Sutradara di Balik “Sang Dewi” dan “Pintu-Pintu Surga”

Dwi Ilalang bukan nama asing di dunia perfilman Indonesia, meskipun ia lebih sering bekerja di balik layar. Kisahnya membuktikan bahwa siapa pun bisa tumbuh besar di industri ini, asalkan punya tekad, kerja keras, dan keberanian untuk terus belajar.

Awal Karier dari Nol

Perjalanan Dwi dimulai secara tidak konvensional. Tahun 1993, ia nekat mendekati kru film yang sedang syuting di kawasan Blok M, Jakarta. Tanpa pengalaman, ia menawarkan diri untuk membantu: menggulung kabel, mengangkat lampu, hingga sekadar memindahkan properti. Karena kegigihannya, ia diterima sebagai kru produksi.

Dari situlah segalanya dimulai. Dwi terus belajar secara otodidak, mengamati dan menyerap semua hal teknis di lokasi syuting. Lambat laun, keahliannya di bidang penyuntingan (editing) mulai diakui.

Editor Serba Bisa

Memasuki awal tahun 2000-an, nama Dwi Ilalang mulai sering muncul di kredit film sebagai editor. Ia terlibat dalam berbagai genre film, mulai dari drama hingga horor. Beberapa karyanya di posisi penyunting antara lain:

  • The Soul (2003)
  • Kanibal: Sumanto (2004)
  • Anne Van Jogja (2004)
  • Bangku Kosong (2006)
  • Miracle (2007)
  • Medley (2007)

Konsistensinya sebagai editor membuatnya menjadi salah satu teknisi pascaproduksi yang paling dicari saat itu.

Menjadi Sutradara dan Penulis

Langkah berikutnya adalah naik level menjadi sutradara. Pada tahun 2007, Dwi menulis dan menyutradarai film Sang Dewi, sebuah drama yang menandai debut resminya sebagai filmmaker penuh. Ia juga berperan sebagai produser pendamping dalam proyek ini.

Tiga tahun kemudian, ia kembali ke kursi sutradara lewat The Maling Kuburans (2009), membuktikan bahwa dirinya bukan one-hit wonder. Dwi terus mengeksplorasi gaya bercerita, menciptakan sinema yang tidak sekadar menghibur, tapi juga memancing refleksi.

Terus Berkarya dan Berevolusi

Di tengah era digital dan perubahan selera penonton, Dwi Ilalang tak berhenti beradaptasi. Tahun 2016, ia menyutradarai film Adrenaline, sebuah film aksi pendek yang memperlihatkan kepiawaiannya dalam penyuntingan adegan cepat.

Sebelumnya, ia juga menciptakan film Gevangenis (2013), yang lebih eksperimental secara narasi dan visual. Semua ini menunjukkan bahwa Dwi bukan hanya pekerja keras, tapi juga seniman yang tidak takut mengambil risiko.

Terbaru: Produser Pintu-Pintu Surga (2025)

Pada tahun 2025, Dwi Ilalang menjadi sorotan kembali setelah bertindak sebagai produser utama film Pintu-Pintu Surga. Film ini membawa angin segar dengan mengangkat sudut pandang seorang perempuan sebagai “pihak ketiga” dalam hubungan rumah tangga. Alih-alih menjadi antagonis, karakter ini digambarkan lebih manusiawi dan kompleks—sebuah pendekatan yang jarang diangkat di film Indonesia.

Film ini disutradarai oleh Adis Kayl Yurahmah dan dibintangi oleh Arya Saloka. Proses produksinya tergolong cepat: hanya 14 hari sejak Februari 2024, dan ditayangkan menjelang Valentine, 13 Februari 2025. Film ini juga menjadi debut dari rumah produksi Dakaramira Studio, yang didirikan Dwi untuk mewadahi karya-karya progresif.

Visi dan Gaya Berkarya

Dwi Ilalang dikenal sebagai pekerja film multidisipliner. Ia tidak segan terlibat di banyak aspek produksi: dari editing, penyutradaraan, penulisan skenario, hingga produksi. Gaya kerjanya efisien dan berani mengeksplorasi sudut pandang baru dalam penceritaan.

Dalam berbagai wawancara dan unggahan media sosialnya, Dwi sering menyuarakan pentingnya belajar dari waktu, bertahan dalam tekanan industri, dan terus menciptakan karya, meskipun tidak selalu dalam sorotan.

Penutup

Dwi Ilalang adalah cermin dari kekuatan ketekunan dalam dunia kreatif. Ia menunjukkan bahwa untuk menjadi besar di dunia film, tidak harus langsung masuk sebagai “orang dalam”. Dengan kerja keras, ketulusan berkarya, dan visi yang terus berkembang, ia kini menjadi salah satu kreator film yang paling menarik untuk disimak dalam beberapa tahun ke depan.

Film yang bagus bukan sekadar apa yang kita lihat, tapi juga bagaimana perasaan dan pemikiran kita berubah setelahnya. Dan Dwi Ilalang adalah salah satu pengubah itu.

By scn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *